Setelah
Rio
(2011), yang berhasil mendapatkan pujian luas dari kalangan kritikus
film dunia sekaligus berhasil memperoleh kesuksesan komersial dengan
jumlah pendapatan lebih dari US$400 sepanjang masa rilisnya di seluruh
dunia, Blue Sky Studios kini melanjutkan seri keempat dari franchise Ice
Age milik mereka. Tidak seperti tiga seri sebelumnya, Ice Age:
Continental Drift tidak lagi disutradarai oleh Carlos Saldanha – yang
lebih memilih untuk berkonsentrasi pada pembuatan sekuel
Rio yang rilis tahun 2014. Berada di tangan Steve Martino – yang sebelumnya merupakan co-director dari
Horton Hears a Who!
(2008) – dan Mike Thurmeier – yang merupakan co-director dari Ice Age:
Dawn of the Dinosaurs (2009) – Ice Age: Continental Drift masih
melanjutkan kisah petualangan trio Manny, Sid dan Diego di zaman es.
Terdengar seperti premis film-film di seri Ice Age sebelumnya? Mungkin
karena Ice Age: Continental Drift memang tidak menawarkan sebuah sisi
penceritaan yang benar-benar baru dalam naskah ceritanya. Seperti yang
dapat digambarkan dari subjudul film ini, Ice Age: Continental Drift
mengisahkan keadaan ketika lempeng Bumi mulai berpisah satu sama lain –
suatu proses yang sebenarnya membutuhkan waktu ribuan tahun untuk
terbentuk seperti saat ini.
Ketika proses tersebut terjadi, Manny (Ray Romano) harus terpisah dengan
istri, Ellie (Queen Latifah), dan anaknya, Peaches (Keke Palmer),
sementara ia bersama Sid (John Leguizamo), Diego (Denis Leary) dan nenek
Sid yang begitu cerewet (Wanda Sykes) berada di bongkahan es yang
kemudian membawa mereka menelusuri samudera yang luas. Kini mereka harus
menemukan cara untuk dapat kembali ke daratan dan ke keluarga mereka.
Secara terpisah, ketika Manny dan teman-temannya sedang berjuang di
samudera, Ellie, Peaches dan binatang-binatang lainnya harus bergerak
dengan cepat untuk menemukan sebuah daratan baru karena wilayah yang
selama ini mereka tempati terus tergeser akibat adanya pergerakan
lempeng Bumi. Di samudera luas, Manny dan teman-temannya juga harus
menghadapi tantangan ketika sekelompok bajak laut yang dipimpin oleh
seorang gorilla, Gutt (Peter Dinklage), mencoba untuk mengambil alih
bongkahan es yang ditempati Manny dan teman-temannya. Berbagai kesulitan
terus dihadapi. Namun Manny berusaha dengan keras untuk memenuhi
janjinya kepada istri dan anaknya untuk segera bertemu kembali dengan
mereka.
Well… layaknya franchise
Madagascar – termasuk seri ketiganya,
Madagascar 3: Europe’s Most Wanted,
Ice Age memang merupakan sebuah franchise film animasi yang murni hanya
ingin tampil bersenang-senang bersama para penontonnya. Pun begitu
dengan Ice Age: Continental Drift. Rangkaian dialog bernuansa humor yang
ditulis oleh Michael Berg dan Jason Fuchs berhasil memberikan
momen-momen menyenangkan di beberapa bagian film yang berdurasi 94 menit
ini.
Pesan-pesan moral mengenai arti persahabatan bagi para penonton muda
juga tidak lupa diselipkan dan mampu dihantarkan dengan baik. Walau
Steve Martino dan Mike Thurmeier mampu menyajikan deretan kisah Ice Age:
Continental Drift menjadi lebih teratur jika dibandingkan dengan
Madagascar 3: Europe’s Most Wanted,
namun penceritaan yang terlalu familiar dengan seri-seri sebelumnya
membuat Ice Age: Continental Drift kurang mampu memberikan kesan yang
kuat. Karakter-karakter yang dihadirkan juga masih terbatas hadir pada
kapasitas lucu dan mudah disukai daripada mampu menghasilkan koneksi
emosional tersendiri kepada para penontonnya.
Diantara sekian banyak karakter-karakter baru yang dihadirkan, karakter
Granny yang diisisuarakan dengan sempurna oleh Wanda Sykes jelas menjadi
karakter yang paling menonjol. Peter Dinklage juga mampu menjadikan
karakter Gutt menjadi lebih gelap dan menakutkan. Sementara dari para
karakter lama, Scrat (Chris Wedge) jelas adalah karakter yang akan
paling sering ditunggu kehadirannya.
Walaupun jalan ceritanya sama sekali tidak menawarkan sesuatu yang
spesial dan bahkan seringkali terasa hanyalah sebagai versi alternatif
dari cerita yang telah dihadirkan pada seri sebelumnya, namun harus
diakui bahwa Ice Age: Continental Drift mampu menghadirkan jalinan
penceritaan yang paling menghibur setelah film orisinal franchise ini,
Ice Age (2002). Didukung dengan tampilan visual yang meyakinkan, deretan
dialog dan adegan penuh lelucon yang menghibur serta kualitas pengisi
suara yang mampu menjalin chemistry yang erat satu sama lain, Ice Age:
Continental Drift melanjutkan petualangan seri-seri sebelumnya di
franchise ini yang menujukan dirinya untuk menjadi sarana hiburan bagi
para penonton muda. Tidak lebih.
Sumber